Garuda Indonesia Janji Terbangi Rute Jakarta-Purbalingga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumat, 22 Januari 2016 14:04
WIB
Garuda Indonesia siap melayani rute penerbangan
Jakarta-Purbalingga jika wacana pengembangan Pangkalan TNI Angkatan Udara
Wirasaba di Purbalingga, Jawa Tengah menjadi bandara komersial terealisasi.
"Pokoknya kita tunggu kepastian dan spesifikasi dari
bandara karena apapun akan tergantung dari spesifikasi yang ada terpenuhi atau
tidak," kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Muhammad
Arif Wibowo di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat (22/1/2016).
Selain itu, kata dia, 'availability' dari 'airport'-nya
benar-benar siap atau belum. Kalau secara pasar, saya kira ini menjadi bagian
yang potensial untuk dikembangkan ke depan karena ada empat kabupaten yang
sentralnya di wilayah sini.
Arif mengatakan, hal itu kepada wartawan usai memberikan
kuliah umum di Gedung Roedhiro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.
Oleh karena itu, Garuda tinggal menunggu kepastian dari
pihak penyedia bandara plus spesifikasi-spesifikasinya harus sesuai dengan
pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia.
Saat ini Garuda Indonesia memiliki pesawat ATR 72-600,
sehingga panjang dan kekerasan landasan pacu Bandara Wirasaba harus cukup serta
navigasi dan sarana pendukung lainnya harus terpenuhi. "Itulah kira-kira
yang kita perlukan," kata pria asli Purwokerto itu.
Arif mengakui, di wilayah selatan Jawa Tengah telah ada
Bandara Tunggul Wulung yang berlokasi di Kabupaten Cilacap namun hal itu bukan
berarti Garuda Indonesia tidak tertarik terhadap rute penerbangan menuju
bandara tersebut.
"Yang saya dengar, di Tunggul Wulung itu ada problem
untuk tidak bisa dikembangkan lebih panjang karena yang saya dengar dari
Kementerian Perhubungan (di Cilacap) ada PLTU di mana menara-menara PLTU itu
membatasi atau menjadikan kendala sehingga perpanjangannya hanya seperti itu
saja (panjang landasan pacu hanya 1.400 meter, red.)," jelasnya.
Kendati demikian, lanjut Arif, Garuda di bandara manapun
tidak masalah asalkan spesifikasinya memenuhi spesifikasi pesawat yang dimiliki
Garuda Indonesia. Saat ini, di Cilacap, Jawa Tengah, sudah ada penerbangan
serta industri di wilayah eks Keresidenan Banyumas dan sekitarnya juga mulai
berkembang.
Menurut Arif, berdasarkan informasi dari Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, pertumbuhan di wilayah eks Keresidenan
Banyumas ternyata di atas rata-rata pertumbuhan nasional."Jadi kalau
daerah itu pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata nasional dan berada di
Jawa, biasanya daerah yang pertumbuhan ekonominya tinggi di luar Jawa, wilayah
timur, berarti ada potensi-potensi pasar yang harus kita serap," katanya
saat ditanya mengenai kemungkinan Garuda Indonesia telah melakukan survei pasar
terhadap rute penerbangan Jakarta-Purbalingga.
Ia mengakui, saat ini alat trasportasi cepat dari Jakarta
menuju wilayah eks Keresidenan Banyumas yang tersedia baru kereta api dan jalan
tol baru Cipali.
Perjalanan tujuh jam menggunakan alat tranportasi jalan
raya atau lima jam menggunakan kereta api dari Jakarta menuju Purwokerto
sehingga jika menggunakan pesawat terbang akan lebih cepat. Selain itu, tingkat
okupansi penumpang kereta api pada hari-hari biasa sudah cukup padat dengan
harga tiket Rp 350 ribu-Rp 450 ribu untuk kelas eksekutif.
Dengan demikian jika Garuda Indonesia memasang tarif
tiket dengan harga Rp 700 ribu-Rp 800 ribu akan tetap diminati karena waktu
tempuhnya lebih cepat. "Saya kira untuk kebutuhan di (bidang) industri dan
edukasi di wilayah sini, kalau tidak ada alat transportasi udara, 'events'
maupun 'experts' internasional itu sulit untuk masuk sini," kata Arif.
Menurut dia, keberadaan bandara juga bisa mengerek daerah
tersebut hingga kelas internasional. Kendati telah ada kereta api, dia
mengatakan bahwa bagi orang-orang yang menghargai waktu, keberadaan bandara
akan menjadi basis pertumbuhan ke depan.
"Toh kalau kita (Garuda Indonesia, red.) harus
terbang (melayani rute Jakarta-Purbalingga), mungkin tidak mulai dengan 'daily
flight' tetapi juga bisa seminggu empat kali atau seminggu lima kali. Jadi saya
rasa, bisa bertahap," katanya.
Seperti diwartakan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan
mengembangkan Pangkalan Udara (Lanud) Wirasaba di Kabupaten Purbalingga,
menjadi bandara komersial sesuai persetujuan dan petunjuk dari Menteri
Perhubungan Ignasius Jonan.
"(Melalui pesan singkat) kepada saya, Menhub
mengatakan segera bangun dan segera carikan anggaran (pengembangan Lanud
Wirasaba menjadi bandara komersial)," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo di Semarang, Rabu (20/1).
Menurut Ganjar, ada beberapa surat yang berkaitan dengan
kelengkapan administrasi pengembangan Lanud Wirasaba yang harus dikirimkan
secepatnya ke Kementerian Perhubungan.
Ganjar mengaku lega dan mengapresiasi keputusan Menhub
yang menyetujui pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial, meskipun
dirinya tidak terlalu yakin hal itu bisa dilakukan dalam waktu dekat.
"Kalau Lebaran tahun ini (Bandara Wirasaba) sudah
bisa dipakai, saya rasa tidak mungkin, paling cepat dugaan saya 2017,"
ujarnya.
Ganjar menjelaskan bahwa Lanud Wirasaba bisa didarati
oleh pesawat penumpang tipe ATR 42 setelah dikembangkan menjadi bandara
komersial dan panjang landasan pacunya ditambah menjadi 1.300 meter.